Bolehkah aku bercerita tentang rasa yang perlahan kukubur bersama
pedihku?
Kini ia kembali menawarkan sejuta teka-teki yang membuat hati
ini bimbang.
Kubukakah atau berbalik kututup semuanya.
Namun, bukankah
rasa itu tak pernah ada kata maaf?
Ia ada untuk saling memahami??
Agh,,
aku tak tahu apa yang sebenarnya harus aku lakukan.
Yang pasti segenap
rasa yang dulu kupersembahkan untukmu belum tentu kan kuhidangkan lagi
di depan matamu.
Tolong! Jangan tawarkan madu jika yang kau berikan si buah kina.
Pernahkah engkau melihat sejuta luka yang kusimpan dibalik senyumku?
Jangan seolah tak tahu, ikatan batin yang tercipta tidaklah bisa hilang dengan begitu saja
Kutahu semenjak kau tahu isi hatiku dulu, kau semakin hari semakin giat
menawarkan hatimu. Sungguh, itu terlambat.
Karena hati yang kau sakiti
dahulu telah sembuh dan enggan untuk terluka lagi.
Hanya ingin duduk bersama, bercerita apa yang sesungguhnya terjadi.
Aku
tak ingin lama-lama menilaimu dengan prasangka yang buruk.
Rasa yang tersimpan dibalik kedua bola matamu tak akan pernah kutahu karena aku tak pernah berani menatapmu lebih lama.
Kendati malam datang, aku tetaplah hari yang merindukan siang.
Apapun yang pernah kau lakukan, aku tetaplah aku yang menyimpan cerita indah bersamamu.
Berharap, apa yang terjadi sekarang menjadi jalan terbaik untukku dan untukmu.
Bukan hanya berat disebelah tangan dan tidak ada yang kecewa diantara dua hati yang terpisah.
Semoga dan semoga.
Selamat menunggu sang waktu menjawab kisahku yang berjeda.