Oleh: Khanza Aliffia SP
Cahaya
mentari pagi selalu indah untuk dinikmati. Ditemani kicauan burung yang
menyejukkan hati. Sawah luas bergoyang tertiup angin seakan menyampaikan pesan
nan suci. Sepi bukan berarti tak ada yang menemani. Sedih bukan berarti hati
yang tersakiti. Senang pun tak selalu abadi di hati.
Kesendirian
ini bukan berarti tak mempunyai orang-orang yang menyayangiku. Justru aku
tengah berusaha bahagia bersama mereka yang menciptakan senyum di antara
tengisku. Itu adalah kado terindahku di tahun ini. Syukur kuhaturkan atas karunia orang-orang hebat seperti
mereka.
Walaupun
terkadang benci dengan keadaan yang melarutkanku dalam kesedihan. Tapi aku
yakin, kebahagiaan pasti datang pada waktunya. Percaya, meyakini itu adalah
tantangan besar untukku. Kesedihan akan tetap menjadi kesedihan jika berdiri
tegap tanpa usaha keluar zona ketidaknyamanan. Berusaha tersenyum dari hati
kecilmu, karena senyum adalah obat.
Banyak
orang yang tak percaya seketika aku mengutarakan perihal status yang kusandang.
“Arghh,,,
nggak mungkin Lala nggak punya pacar,” bantah kekasih Ayuk Okta.
“Lho?
Kenapa nggak percaya? Kenyataannya gitu kok,” jawabku meyakinkan.
“Kasihan
kalau nggak diakui yang jauh di sana, La.”
“Ya
udah kalau tetap nggak percaya.”
Usai
penjelasanku tak digubris, aku buru-buru masuk ke dalam kamar kostn. Alam itu
malam minggu, seperti biasa kostn hanya berpenghuni beberapa orang saja. Aku,
Afifah dan Syam. Penghuni setia.
Terkadang
aku senyum-senyum sendiri mendengar cercahan mereka. Menurut orang, status
jomblo itu begitu terhina. Mereka menilai aku adalah orang yang merugi, tidak
menggunakan masa muda dengan baik. Memiliki teman banyak tetapi tak ada yang
istimewa menurut mereka sangatlah percuma.
Namun,
dengan berat hati kukatakan bahwa aku tak sependapat dengan mereka. Kenapa?
Menurutku, jomblo itu istimewa. Bisa mempunyai banyak teman, tanpa harus takut
ketika berada pada zona tak nyaman. Mereka akan selalu siap siaga membantu.
Yang
kedua, jomblo itu kreatif. Dapat melakukan waktu luang dengan hal-hal yang
positif, seperti menulis, membuat kreasi jilbab, bernyanyi dan lain-lain. Selain
itu, jomblo itu hitung-hitung mengurangi dosa. Karena duduk berboncengan dengan
orang yang buka muhrim berdosa, apalagi sampai duduk menyudut berdua,
bermanja-manja dan pamer kendaraan sekalipun. Tidak melakukan
kebiasaan-kebiasaan tersebut setidaknya tidak menambah dosa yang bertumpuk.
Jomblo
aku pilih sebagai statusku karena aku yakin. Indah pada waktunya itu
benar-benar ada. Allah telah memberikan jodoh kepada setiap hambanya. Laki-laki
yang baik untuk wanita yang baik pula. Dengan alasan tersebut, aku ingin
mempersiapkan diri yang lebih baik untuk lelaki yang disiapkan Allah untukku. Kutunggu
engkau wahai pengeran.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar