Rabu, 07 Agustus 2013

Biografi Habiburrahman El Shirazi

Habiburrahman El Shirazy. Putra pertama dari pasangan Bapak K.H. Saerozi Noor dan Umi Siti Rodhiyah ini lahir di kota Semarang pada hari kamis 30 september 1976.Dimasa kecilnya Kang Abik sangat disayangi oleh kedua orang tuanya. Kedua orang tua Kang Abik sangat memantau pergaulan putranya. Ayahnya termasuk kategori orang yang sangat keras dan disiplin dalam urusan agama. Prinsip keluarga mereka yang mementingkan persoalan agama lebih dari segala-galanya membuat keluarga Kang Abik menjadi sangat religious.
Saat usia sekolah dasar, Kang Abik bersekolah di SD Sembungharjo. Saat duduk dibangku sekolah dasar, Kang Abik sudah menunjukan ketertarikannya dalam bidang sastra. Beliau menjuarai berbagai lomba seperti lomba baca puisi. Kecintaan Kang Abik dalam dunia sastra terus berlanjut hingga ia menempuh pendidikan di Mts Fatahiyaah. Saat di Mts ia menjuarai lomba baca puisi dalam PORSENI antar pelajar se-Kabupaten Demak. Kecintaan Kang Abik dalam dunia baca puisi semakin menjadi saat ia menempuh pendidikan di MAPK (Madrasah Aliyah Program Khusus) di Solo.
Semenjak menempuh pendidikan dari SD sampai MAPK berbagai tropi dan penghargaan telah ia dapatkan melalui berbagai lomba baca puisi yang ia ikuti. Pada saat ia menempuh pendidikan di MAPK ia juga memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren Al-Anwar, Mranggen,Demak selama tiga tahun.
Lulus dari MAPK Solo Kang Abik  menempuh pendidikan di Universitas Al Azhar, Cairo hingga lulus S1. Selama kuliah ia juga aktif menulis. Ia menulis catatan-catatan hariannya, puisi-puisi dan berbagai karangan lainnya yang hingga kini belum ia terbitkan. Ia juga aktif dalam kegiatan aktivis mahasiswa di Mesir.
Setelah lulus dari S1 di Universitas Al Azhar, Kang Abik melanjutkan S2-nya di Universitas Zamalik, Mesir. Saat ia telah menyelesaikan seluruh kuliah aktif S2-nya dan akan melanjutkan menulis tesis, ia mengalami kekurangan dana. Ia lalu mengirim surat kepada keluarganya untuk meminta bantuan tambahan dana. Ternyata ayahnya tidak mengizinkan dan tidak memberikan dana untuk menyelesaikan S2-nya, dikarenakan ayahnya juga harus membiayai kuliah dan sekolah adik-adiknya .
Karena tidak diizinkan oleh kedua orang tuanya untuk melanjutkan S2nya, Ia kemudian pulang ke Indonesia. Setelah kepulangannya dari Mesir, aktivitas Kang Abik sementara itu hanya membuka pengajian Bidayatul Hidayah untuk anak-anak muda kampungnya. Karena tidak punya aktivitas rutin yang jelas, banyak warga kampung membicarakannya. Kondisi ini mendorong Kang Abik memutuskan untuk hijrah ke Yogyakarta. Seorang teman menawarinya untuk mengajar di MAN 1 Yogyakarta.
 Tidak hanya itu adiknya juga menawarinya kerja sambilan berupa kerja proyek pentasbihan kamus bahasa Arab. Disaat ia mulai sibuk dengan segala kegiatannya, musibah menimpanya. Kang Abik kecelakaan dan kakinya patah. Berbulan-bulan Kang Abik harus berhenti dari segala aktivitas mengajarnya. Melalui kecelakaan itu Kang Abik mulai sadar bahwa selama hidupnya ia belum melakukan sesuatu untuk agama, dirinya sendiri, dan keluarganya. Kang Abik mulai merubah hidupnya. Dia bertekad untuk meneruskan keinginannya yang dulu, yakni ingin membuat novel yang isinya dakwah.
Dia mulai mencari-cari bahan dan ide untuk novelnya. Ia sibuk membolak-balik kitab dan mengetik. Seharian ia mengetik dan hanya berhenti saat ia harus makan dan sholat. Dan pada akhirnya, buah dari ketekunan dan kesabarannya mulai ia petik. Sebuah novel yang berawal dari ide untuk membuat cerpen telah ia selesaikan. Novel itu diberi judul “Ayat-Ayat Cinta” (Republika-Basmala, 2004). Berawal dari novel itu lahirlah novel-novel lain diantaranya berjudul Langit Mekah Berwarna Merah (Republika- Basmala, 2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (Republika, 2005),  Dalam Mihrab Cinta (Republika-Basmala, 2007 ) , Ketika Cinta Bertasbih 1 dan Ketika Cinta Bertasbih 2 (MQS Publishing, 2005). Kini sedang merampungkan Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem.
  Kang Abik sudah menemukan dunianya. Dan namanya kini sudah mulai dikenal banyak orang. Undangan-undangan diskusi sastra mulai berdatangan. Setiap hari ia harus berada ditempat yang berbeda-beda. Hal ini membuat dia terus bersemangat untuk selalu belajar sastra.
Tak lama setelah novel Ayat-Ayat Cinta dipublikasikan, karena kepuasan masyarakat dengan novel tersebut , muncul tawaran untuk memfilmkan novel tersebut. Kang Abik mengizinkan novelnya untuk difilmkan, walaupun pada awalnya ia ragu jika isi yang terkandung dalam novelnya akan berubah jika difilmkan. Baru tiga hari film Ayat-Ayat Cinta diputar penonton yang telah menyaksikan film tersebut sudah jutaan orang. Kang Abik sangat bahagia mendengar hal itu, lebih-lebih keluarganya. Ayat-Ayat Cinta sudah mendunia.
 Ayat-Ayat Cinta menggambarkan sebait kecil kisah hidup Kang Abik. Melalui Ayat-Ayat Cinta, Kang Abik seakan menumpahkan seluruh mimpinya, gejolak jiwanya, rasa penasarannya akan jodoh yang dihadiahkan Allah SWT kepadanya. Kang Abik mendamba seorang gadis shalehah yang meletakkan agama diatas segalanya, yang kelak akan menjadikan rumahnya laksana surga.
Seperti yang ia impikan, Allah SWT mempertemukannya dengan gadis jelita yang teguh meniti jalan dakwah. Dialah Muyasaratun Saida, seorang akhwat UMS Solo, berjilbab dengan semangat keislaman yang bagus. Masa perkenalan (ta’aruf) mereka sangat singkat bahkan tak ada yang tahu. Meski belum memiliki pekerjaan yang jelas, Kang Abik berani memutuskan menikah. Pertemuan keduanya hanya terjadi dua kali dan mereka berdua yakin akan pilihan hidupnya. Rumah tangga mereka adalah contoh untuk adik-adik mereka.Kang Abik dikaruniai dua malaikat yang bernama Muhammad Neil Author dan Muhammad Ziaul Kautsar.
Kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta membuat MD Entertaiment secara khusus menghadiahi Kang Abik jalan-jalan keliling Eropa. Kang Abik mengajak adiknya Mujib. Satu bulan mereka berkeliling Eropa. Hal itu menambah pengalaman dan wawasan mereka. Terutama Kang Abik. Ia banyak mempelajari kebudayaan-kebudayaan mereka.
Tak lama sepulang Kang Abik dari Eropa, tawaran untuk memfilmkan karyanya muncul lagi. Kali ini giliran novel Ketika Cinta Bertasbih. Bahkan Kang Abik juga ikut memerankan salah satu tokohnya. Dan seperti Ayat-Ayat Cinta, penayangan perdana film Ketika Cinta Bertasbih juga disambut gembira masyarakat. Masyarakat sangat antusias dengan karya Kang Abik.Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih merupakan dua karya yang saling melengkapi satu sama lain. Keduanya dijadikan perbandingan antar satu sama lain. Karya-karya Kang Abik telah mendunia. Dia berhasil mewujudkan mimpinya untuk menegakkan agama dengan jalan membuat novel.
muslimdaily.net. Pada tautan ini Kang Abik seorang yang notabenenya termasuk dai, dituduh Yahudi oleh seorang yang tidak jelas keislamannya dengan alasan nama Habbiburahman menggunakan nama belakang El Shirozy, Shiraz adalah kota tempat tinggal mayoritas Yahudi di Iran, dan karena kota itu menjadi daerah tempat lahirnya aliran Baha’I, Baha’I adalah aliran sesat. Walaupun blognya bertajuk islam semuanya, tetapi banyak yang  masih sanksi dengan keislamannya. Pemilik Blog dan penulis artikel tersebut, sudah diklarifikasi oleh banyak orang dikolom komentarnya. Tetapi dia tetap teguh dengan pendiriannya bahwa apa yang dituliskan tidak membawa dampak apa-apa. Padahal jelas, sekali aroma berprasangka, menuduh dan menfitnah ada di balik semua pertanyaan itu.


Prestasi – prestasi yang diperoleh Kang Abik
*     Pernah meraih juara I lomba menulis artikel se-MAN Surakarta(1994)
*     Pernah menjadi pemenang juara I dalam lomba baca puisi religius tingkat SLTA se-Jateng (diadakan oleh panitia book fair '94 dan ICMI On /il Jateng di Semarang 1994
*     Kang Abik juga pemenang I lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang diadakan IMABA UGM Yogyakarta(1994)
*     Sempat memprakasai berdirinya Forum Lingkar Pena (FLP) dan Komunitas Sastra Indonesia (KSl) di Cairo.
*     Selain itu, Kang Abik telah menghasilkan beberapa naskah drama dan menyutradarai pentasnya di Cairo ( Wa Islama (1999), Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul 'Alim Wa Thaghiyyah, 200O) dan  Darah Syuhada (2000)
*     Kang Abik telah menghasilkan beberapa karya terjemahan, seperti : Ar-Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2005), Rihlah llallah (Era Intermedia, 2004) dan Menyucikan Jiwa (G1P, 2005)
*     Cerpen-cerpennya termuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001), Merah di Jenin, (F8A, 2002) dan Ketika Cinta Menemukanmu (GIP, 2004), dan lain-lain.
*     Sebelum pulang ke lndonesia, di tahun 2002, Kang Abik diundang oleh Dewan Pustaka dan Dewan Malaysia (1-5 Oktober) untuk membacakan puisi-puisinya berkeliling Malaysia dalam momen Kuala Lumpur World Poetry Reading ke-9, bersama penyair-penyair dunia lainnya. Puisinya juga termuat dalan Antologi Puisi Dunia PPDKL (2002) dan Masalah Dewan Sastra Q002) yang diterbitkan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam 2 bahasa yaitu Inggris dan Melayu.

Kang Abik mempunyai kepribadian yang baik, cerdas, fasih agama dan tafsir dan beliau pendiam. Beliau menjadi salah satu inspirator bagi saya untuk selalu belajar mengolah kata menjadi hidangan lezat bagi para pecinta novel. Tetap rendah diri dan belajar walaupun sudah banyak yang dihasilkan oleh jari – jari manisnya.
Memperkuat keinginan saya untuk segera bergabung di Forum Lingkar Pena (FLP).     Sempat kecewa kedatangan Kang Abik ke Bengkulu saya tak bisa menemui karena seminar yang dilaksanakan pada jam sekolah dan waktu yang mepet dengan ujian semester 1 kemarin. Untuk itu, saya bertekad untuk dapat menemui Kang Abik dengan memamerkan novel karya perdana saya. Amiin
                                             



    


Habbiburahman El-Shirazy

..Kang Abik..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar